Sabtu, 25 Februari 2012

Mengejar lima jari

Kita terlalu menyedihkan lebih dari yang kita bayangkan saat berkata bahwa Tuhan tidak adil. Hari dimana masih ada kesempatan untuk membaca tulisan ini, kita masih bisa melihat pagi yang cerah dan malam yang indah. Kita masih bisa mendengar bisingnya suara kehidupan dari makhluk penghuni dunia ini. Kita masih bisa merasakan sejuknya udara dan panasnya emosi hari. Bayangkan ketika esok mata kita sudah tidak berfungsi lagi, telinga tak dapat mendengar, tangan tak lagi menyentuh, serta kaki enggan untuk melangkah. Atau mungkin... Nyawa kita akan pergi meninggalkan tubuh ini secara perlahan. Apa yang bisa kita perbuat ? Terciptanya manusia dengan
keberuntungannya untuk bisa terlahir sempurna merupakan nikmat yang tiada tara. Mengapa tidak ? semuanya Tuhan berikan secara cuma cuma. Jiwa dan raga apabila di tukar dengan harta ataupun materi, takkan mungkin terjadi jika kita masih menganggap diri kita bernilai tinggi. Namun bentuk kemungkaran terhadap pemberian-Nya semakin menjadi jadi saat kita merasa bahwa hidup sudah tidak berarti lagi.

Di tempat kita bernapas saat ini banyak kelebihan yang kita dapat dan secara tidak langsung terabaikan. Kita di beri napas kehidupan free, sedangkan banyak yang hidup dirumah sakit dengan bergantung pada tabung oksigen bernilai jutaan perharinya. Kita di beri kaki untuk berjalan kemanapun tanpa biaya, sementara di tempat lain banyak orang yang bersusah payah dengan tongkat atau kursi rodanya untuk bergerak dan melangkah seperti kita. "... maka nikmat Tuhan mu manakah yang kamu dustakan".

Sungguh ironis memang ketika egosentris masih meliputi jiwa. Kita ragu akan kemampuan, dan menyalahkan Tuhan atas kekurangan pada diri sendiri. Kekurangan manusia adalah keseimbangan bagi kelebihannya sehingga membuat sempurna. Tuhan tidak akan memberikan apa yang kita inginkan melainkan apa yang kita butuhkan. Apa yang kita dapatkan selama ini berkat kemurahan hati-Nya namun masih saja berat untuk mengucap syukur pada-Nya. Sampai saat ini masih banyak manusia terlalu angkuh akan nikmat tangan yang dapat ia gunakan sebagai fasilitator bagi rezkinya. Akankah kita sama dengan mereka ? Berbagai cara di lakukan hanya demi memuaskan nafsu dunia tanpa menyisakan sedikit waktu untuk kehidupan berikutnya. Ini memang berat, namun seberat beratnya hidup pasti ada hikmahnya. Jangan biarkan keterbatasan berkuasa dalam diri. Masih banyak peluang yang akan kita dapat jika kita mampu melihatnya. Kesempatan boleh datang hanya sekali, namun peluang akan datang berkali kali. Gunakan pikiran yang positif untuk menjalani dinamika hidup ini. Tangan kita sengaja di berikan sebagai senjata yang paling ampuh untuk bekerja dan mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun bukan hanya itu, Tangan juga punya fungsi yang lain yakni membantu meringankan beban orang lain dan saling memberi perdamaian serta berbagi kebahagiaan di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar