Ketika kita berhijrah dari
suatu daerah menggunakan Pesawat udara, maka kita pasti pernah merasakan
beberapa kali guncangan mulai dari take
off, hingga landing nya pesawat tersebut.
Adapun guncangan terjadi pada saat pesawat mengudara di atas ribuan kaki akibat
betabrakan dengan angin atau adanya gangguan alam dan juga teknis. Guncangan
tersebut biasa di sebut dengan istilah Turbulensi.
Turbulensi yang kita
rasakan saat menumpang pesawat di atas, sama halnya dengan yang kita rasakan
dalam kehidupan sehari - hari. Turbulensi atau guncangan yang biasa kita temui
adalah meliputi tantangan, ujian, cobaan dan berbagai problema lainnya.
Kesemuanya adalah faktor yang dapat mengubah karakter seseorang entah menjadi
sosok yang kuat ataupun lemah.
Seperti yang sudah di
utarakan di atas bahwa guncangan hidup dapat berpengaruh
terhadap karakter
seseorang tergantung cara menghadapinya. Hal ini juga berbanding lurus dengan
tingkat keyakinan kita terhadap masa depan sebagai hasil perjuangan di hari
ini. Semakin besar keyakinan kita, maka semakin kuat pula kita bertahan.
Begitupun sebaliknya. Keyakinan terhadap sesuatu yang tidak terlihat di masa
depan, jauh lebih kuat pengaruhnya di banding yang terlihat sekarang karena
kesungguhan untuk mencapai tujuan akan selalu maksimal tanpa menilai hasil yang
sudah ada.
Di dalam agama, Keyakinan
akan adanya Tuhan di kenal sebagai Keimanan. Tuhan biasanya merupakan solusi
bagi seseorang yang terjebak dalam lingkar masalahnya sehari hari. Meskipun tak
mampu melihat Tuhan secara langsung, ia percaya bahwa Tuhan selalu melihat dan
menguatkannya setiap saat. Hal tersebut bukan berarti ia hanya mengingat Tuhan
dalam kesusahannya saja, namun ia percaya hanya Tuhanlah yang selalu
mendampinginya suka maupun duka. Dalam Islam, Allah SWT adalah tempat berserah
diri bagi ummat Islam yang meskipun tak dapat menyaksikannya namun dapat
merasakan keberadaanya. Mengutip perkataan salah satu cendikiawan muslim bahwa
" kekuatan ummat islam ada pada sesuatu yang tak terlihat " merupakan
argumen pembenaran atas usaha perlawanan terhadap keputusasaan menghadapi
guncangan.
Menurut penulis, Jika ingin
menjadi orang yang berjiwa besar maka ia harus memiliki Keimanan yang kuat
serta keyakinan akan usahanya. Sedangkan untuk meningkatkan Keimanan serta
keyakinan tersebut maka seseorang membutuhkan guncangan yang besar pula.
Misalnya dalam Keimanan tingkat kekhusyukan (baca fokus) dalam berdzikir bisa
dengaruhi oleh situasi dan kondisi yang genting. Seorang supir yang ugal-ugalan
di jalan dan membahayakan keselamatan penumpang, akan memaksa mereka semua
berdzikir penuh memohon pertolongan Allah. Berbanding terbalik dengan dzikir
ala muballigh di mesjid yang penuh dengan ketenangan jiwa. Tentu bukan berarti
di mesjid seseorang tidak akan meningkat keimanannya, namun bagi kalangan yang
belum termasuk seorang 'mukmin' justru ketenangan jiwa dapat membuatnya merasa
tidak terdesak melakukan dzikir secara sungguh - sungguh.
Maka bisa di simpulkan
bahwa ketika kita ingin mencoba bertahan menghadapi derasnya arus permasalahan
yang terus mengalir menghiasi hidup, maka kita harus yakin dan percaya bahwa
Allah SWT akan selalu memberikan jalan keluar yang tidak terduga sebelumnya.
Guncangan/Turbulensi adalah Pemicu juga Pemacu bagi kita orang - orang yang
ingin menjadi Mulia dengan Keimanannya.
Karena kita harus yakin dan percaya bahwa menjadi orang besar harus melalui cobaan yang besar pula. Sekian. -
Karena kita harus yakin dan percaya bahwa menjadi orang besar harus melalui cobaan yang besar pula. Sekian. -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar