Sabtu, 09 Januari 2016

Pemimpin Bedebah

Ketika Pemimpin terdampar di persimpangan jalan,
Merenung, Retrospeksi diri, Lalu memformulasikan kembali
strategi rekayasa demi rekayasa. Menunggu untuk di benci
Atau masih belum puas di caci. Tunduk pada pendahulu menjadi multi tafsir,
Sekedar menghargai atau Karena tak bisa berbuat apa apa, bergantung lalu
Menjadi bandot tua yang di giring kesana kemari. Atau bahkan mencari celah dan waktu yang sesuai lalu menumbangkan mereka? Memanfaatkan wadah sebagai Bursa. Berkorban demi Kekuasaan itu lumrah meski tidak mendapat dukungan dari manapun

Ketika Anggota mulai mangkir. Menganggap pembelotan adalah sebuah kebebasan terikat agar bisa berkembang. Karena tunduk dan patuh hanya untuk orang orang yang tidak punya pertolongan. Mencari titik terlemah dari seseorang dan menjadikannya buah bibir berkedok evaluasi. Melihat peluang, kesesuaian, padahal yang di lihat hanya keuntungan dan keuntungan.
Mengancam untuk keluar karena kepentingan pribadi tak mampu terakomodasi.
Di jadikanlah lawan jenis sebagai motivasi, lalu pergi ketika di hianati.
Ketika Pendahulu berlomba lomba mencari panggung eksistensi.
Tebar pesona kesana kemari. Berharap mulai di lirik regenerasi.
"Cerdas Tanpa Referensi" adalah sebuah Ilustrasi. Begitu Lahir dan besar dari konsep namun lupa tentang realisasi. Waras tapi 'gila' di hormati. Di persenjatai pengalaman lalu menjadi kakak panutan. Mengawali sambutan dengan semangat berkobar menyala nyala di depan lalu menguap di pertengahan hingga menghujani kritik demi krikit yang katanya sebagai pembangun. Ingin membantu jika ada feed back jangka panjang. Di hutangi budi krena telah melahirkan organisasi namun tidak bertanggung jawab mengasuhnya
Demikianlah sekiranya Para Pemimpin, Anggota, dan Pendahulu yang saling Mencintai namun tak bisa saling memiliki. smile emotikon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar